Senin, 26 Januari 2009

Tradisi Rasulan

Rasulan adalah suatu tradisi yang sudah berlangsung sejak lama bagi masyarakat kabupaten Gunungkidul dan sekitarnya. Biasanya di tempat lain tradisi ini di sebut dengan tradisi merti dusun atau merti desa. Rasulan diadakan setelah selesai melakukan panen dan merupakan acara yang diadakan oleh masyarakat sebagai ungkapan syukur atas panen yang diberikan oleh Sang Pemberi rejeki. Biasanya kegiatan rasulan ini diselenggarakan per pedukuhan/ dusun dengan waktu pelaksanaan yang berbeda- beda.

Banyak rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka rasulan ini. Biasanya kegiatan ini di mulai dengan kegiatan bersih dusun dengan melakukan kerja bakti di sekitar lingkungan mereka. Acara rasulan ini pun menjadi semakin semarak dengan berbagai pertunjukan yang di adakan seperti reog, jathilan, kethoprak, wayang, dan kegiatan pementasan kesenian yang rasulan jejak petualang piclain. Pada puncak acara rasulan ini di adakan semacam kirab mengelilingi dusun. Semua peserta kirab mengenakan aksesoris tradisional arasulan jejak petualang pictaupun sesuatu yang unik untuk di pertontonkan. Biasanya kostum- kostum yang di kenakan merepresentasikan kehidupan masyarakatnya yaitu seperti kelompok petani yang memakai caping dan cangkul, guru yang memegang buku, siswa- siswi sekolah yang mengenakan seragam sekolah, kelompok seni dengan seragam identitasnya, klub sepak bola dengan seragam bolanya, dan masih banyak lagi. Ada juga kelompok pemuda yang mengenakan seragam tentara dengan meriam tiruan dari bambu sebagai perlambang ketahanan dan keamanan. Selain mengenakan berbagai macam aksesoris dalam kirab rasulan juga di sertakan segala macam hasil panen yang merupakan bentuk syukur masyarakat atas panen yang melimpah, dari pisang, jagung, kacang, padi, dan lain sebagainya.

Pada hari pelaksanaan rasulan itupun setiap keluarga memasak masakan spesial untuk tamu- tamu mereka. Hal ini mirip dengan tradisi lebaran dimana seseorang datang ke tempat kerabatnya kemudian menikmati hidangan spesial yang disediakan tuan rumah. Sungguh sangat terasa suasana kekerabatan ketika ada acara semacam ini.

Sebagai salah satu bentuk kearifan local (local wisdom), ada beberapa nilai positif dari pelaksanaan tradisi rasulan ini. Yang pertama yaitu adanya kesadaran bahwa rejeki yang di terima merupakan Anugerah dari Yang Maha Kuasa yang patut di syukuri. Ini berkaitan dengan inti dari pelaksanaan rrasulan jejak petualang picasulan itu sendiri yaitu sebagai ungkapan rasa syukur atas karunia yang telah di berikan oleh Sang Pencipta. Yang kedua yaitu adanya semangat untuk memelihara budaya dan kesenian. Hal ini tercermin dengan adanya acara- acara kesenian seperti kethoprak, reog, jathilan, wayang, dan kegiatan seni lainya dalam setiap pelakasanaan rasulan. Ini merupakan suatu hal yang positif mengingat saat ini kemajuan zaman dan informasi telah dengan cepat mengikis budaya- budaya bangsa yang patut kita lestarikan. Ketiga yaitu sebagai sarana untuk kembali memupuk semangat kekeluargaan antar warga dan juga semangat nasionalitas. Dengan adanya tradisi ini masyarakat terus menjaga kebersamaan baik untuk kegiatan pra rasulan maupun saat pelaksanaan itu sendiri yang tentu saja dapat memupuk kembali semangat kekeluargaan.

Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang

READ MORE ...

Festival Perahu Naga

Sore itu di tengah gerimis yang mengguyur kota Jogja aku dan teman- teman anggota Pencinta Alam Universitas Gadjah Mada yang disingkat MAPAGAMA berangkat dari basecamp di gelanggang mahasiswa UGM Bulaksumur menuju ke stasiun Lempuyangan Yogyakarta. Waktu itu kami akan mengikuti event tahunan yang diadakan pemerintah Kabupaten Cilacap yaitu Festival Perahu Naga (Dragon Boat Festival). Kami yang terdiri dari 14 personel berangkat duluan menggunakan kereta api sedang beberapa temanku ada yang menyusul menggunakan bus pada malam harinya.

Cukup lama kami menunggu datangnya kereta yang di jadwalkan datang pukul 16.00 WIB. Akhirnya setelah pada pukul 16. 30 kereta yang di nanti pun tiba dan kami langsung saja masuk untuk mencari tempat duduk yang nyaman. Tidak lama kemudian keretapun berangkat perlahan menyusuri rel yang masih terlihat basah oleh guyuran air hujan yang baru saja berhenperahu naga petualangan picti. Canda tawa mewarnai perjalanan kami menuju ke Cilacap ini sehingga terlihat mengganggu para penumpang lain di kereta tersebut. Di awal perjalanan kami sempat menikmati pemandangan di sekitar melalui jendela karena hari masih terang akan tetapi ketika malam tiba yang ada hanya sorotan lampu yang temaram. Satu persatu temanku pun tertidur karena memang mereka telah memilih poisisi yang enak buat tidur. Tidak lama berselang akupun tertidur. Tidak sampai satu jam aku kembali terbangun karena ramainya para pengamen dan penjual makanan ringan yang menawarkan barangnya. Saat itu kulihat masih ada beberapa temanku yang terbangun sehingga aku kembali melanjutkan obrolan untuk menghilangkan kesepian. Untuk beberapa saat kami bercakap- cakap sampai akhirnya ngatukpun tak tertahankan sehingga aku dan teman- teman kembali melanjutkan mimpi diatas kereta.

Kurang lebih pukul 23. 00 WIB kami sampai di stasiun Cilacap yang saat itu terlihat sudah sangat sepi oleh aktivitas manusia. Hanya aku dan teman- teman dan beberapa penumpang lain dalam kereta tersebut yang terlihat disana. Setelah sempat berfoto- foto di stasiun kami segera menuju ke jalan untuk menunggu jemputan yang di janjikan oleh panitia pelaksana festival perahu naga tersebut. Karena jemputan yang dijanjikan tidak kunjung datang kamipun mulai menyusuri jalan besar yang sudah terlihat sepi tesebut untuk menuju ke basecamp lomba. Tidak berselang lama kemudian dua buah mobil menghampiri kami yang ternyata adalah mobil panitia yang kami nanti tersebut. Setiba di kesekretariatan lomba kamipun langsung di sambut oleh panitia lainya dengan sangat ramah. Setelah mendaftar ulang kami di berikan jatah makan malam. Karena perut sudah lapar aku dan teman- temanpun segera menyantap habis makanan tersebut. Setelah selesai menikmati makan malam kamipun segera di antarkan ke tempat bermalam yang letaknya tidak jauh dari tempat tersebut. Sampai di basecamp telah terlihat beberapa kelompok regu dayung yang sudah duluan sampai. Setelah sedikit berkenalan dengan mereka kamipun segera menuju ke lantai atas dimana tempat buat kami di sediakan. Kamipun segera menata barang- barang perlengkapan dan menyiapkan tempat buat tidur. Ada beberapa orang yang langsung tidur sedang yang lain masih ngobrol- ngobrol ke sana kemari. Sekitar satu jam kemudian empat orang teman ku yang menyusul telah sampai di sana dan segera bergabung. Debur ombak sudah terdengar dari tempat itu yang menandakan bahwa tempat itu sudah dekat dengan pantai. Akhirnya kami semua pun tertidur.

Pagi- pagi sekitar jam 5 aku dan enam orang temanku sudah bangun buat menikmati pemandangan alam di sekitar lokasi. Setelah keluar ternyata pantainya sudah sangat dekat sehingga kamipun memutuskan untuk menikmati pagi di pantai dan berharap mandapat pemandangan sunrise yang indah. Di pagi buta itu ternyata telah banyak orang yang berada di pantai tersebut untuk menikmati sunrise karena memang hari itu adalah hari minggu. Tidak lama kemudian matahari pagi pun mulai telihat muncul perlahan. Sungguh pemandangan yang begitu indah. Tidak lupa kami mengabadikan momen tersebut untuk berfoto- foto. Seiring matahari mulai meninggi aku dan teman- temanpun segera kembali ke basperahu naga petualangan picecamp untuk bergabung dengan yang lain. Sampai di basecamp makan pagi telah disediakan panitia sehingga aku segera menikmatinya. Setelah menyantap makan pagi aku segera mangambil peralatan mandi untuk segera mandi. Akhirnya pada pukul 09.00 WIB kamipun segera berangkat menuju lokasi perlombaan yaitu teluk penyu Cilacap dengan diantar mobil panitia.

Suasana dipantai saat itu sudah sangat ramai dengan para pengunjung pantai yang ingin menyaksikan festival perahu naga tersebut dan para peserta lomba. Segera setelah semua tim peserta perahu naga berkumpul kamipun segera mendapatkan jadwal bertanding. Saat itu kelompok kami mendapat urutan ke tiga. Setiap shift pertandingan ada empat tim yang bertanding. Saat itu memang posisi kami hanya bermodal semangat karena kami hanya beberapa hari saja latihan dayung, sedangkan regu- regu yang lain adalah kelompok pendayung profesional dan kelompok nelayan.yang sudah pasti mempunyai stamina yang cukup kuat. Hal itu terlihat dari dua tim- tim yang bertanding sebelum kami. Tubuh- tubuh kuat nan atletis cukup membuat kami sedikit pesimis. Akhirnya shift kedua pun berakhir dan itu artinya saatnya kami yang akan beraksi. 14 orang anggota timku yang terdiri dari 12 orang pendayung,1 orang skipper, dan 1 orang pemberi komando sudah siap di samping perahu. Dengan bermodal semangat tinggi kamipun segera memegang dayung dan menuju ke tempat start. Jarak dari pinggir pantai ke tempat start sekitar 400 meter yang di berikan sebagai pemanasan dan latihan kekompakan tim dalam mendayung sebelum perlombaan yang sebenarnya.

Akhirnya terdengar satu, dua, tiga dari panitia….. Begitu hitungan ketiga kamipun segera mengayunkan dayung untuk segera memacu perahu secepat mungkin. Sang pemberi komando terus memberikan semangat kepada kami untuk terus mendayung. Tidak berselang lama tiga tim perahu naga yang menjadi lawan kami sudah meninggalkan perahu kami agak jauh. Rasanya cukup berat sekali untuk terus mendayung karena tangan ini sudah sangat capek. Akhirnya tim lainpun semakin jauh meninggalkan kami sehingga kami tertinggal sekitar seratus meter ketika tim pertama mencapai finish. Sungguh luar biasa capeknya ketika melihat bahwa jarak kami dari garis finish masih cukup jauh. Akhirnya dengan semangat yang tinngi kamipun berhasil mencapai finish walaupun di posisi paling akhir.

Walaupun kalah di pertandingan pertama namun kita belum kehilangan harapan karena setiap tim mempunyai kesempatan dua kali bertanding sehingga apabila kalah di kesempatan pertama bisa memperbaikinya di pertandingan yang lain. Setelah menunggu beberapa waktu akhirnya pertandingan kedua kamipun tiba. Kembali kami bersiap di perahu dengan optimisme yang masih tinggi untuk meraih kemenangan demi membuka peluang maju ke babak berikutnya. Pertandingan pun di mulai. Kembali seperti pertandingan pertama kali rupanya pertandingan kedua inipun tidak jauh beda hasilnya. Hanya beberapa saat setelah start tim lain segera melesat tak terkejar oleh kami sehingga akhirnya kita kembali finish di posisi juru kunci. Modal semangat yang tinggi ternyata belumlah cukup karena itu terbukti bahwa kami tidak mampu berbuat banyak dalam pelombaan tersebut.

Dengan perasaan kecewa kami masih menyaksikan pertandingan tim- tim lain yang bertanding. Karena hari sudah beranjak menuju sore maka aku dan teman- teman memutuskan untuk segera pulang ke Jogja karena pertimbangan transportasi. Akhirnya kamipun pulang ke kembali ke Jogja dengan tangan kosong. Akan tetapi aku tidak menyesali hal itu karena hal itu merupakan suatu pengalaman tersendiri yang cukup menyenangkan.

Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang

READ MORE ...

Minggu, 25 Januari 2009

Parangtritis, keindahan pantai dengan nuansa mistis


Parangtritis merupakan salah satu pantai di Yogyakarta yang sangat terkenal. Pantai ini tidak hanya terkenal di Indonesia akan tetapi sudah sampai ke mancanegara. Hal ini seiring juga dengan kota Yogyakarta yang parangtritis jejak petualang picjuga terkenal sebagai salah satu kota tujuan wisata utama di Indonesia. Pantai Parangtritis terletak di Kabupaten Bantul, sekitar 25 kilometer dari Kota Yogyakarta ke arah selatan. Pantai ini sangat mudah di akses karena banyak sekali bus yang beroperasi di jalur ini maupun taksi yang siap mengantarkan sampai tujuan wisata manapun di Yogyakarta termasuk Parangtritis. Selain akses yang mudah di lokasi wisata alam pantai ini juga banyak tersedia losmen dan penginapan bagi para wisatawan yang ingin menikmati keindahan pantai untuk waktu yang lebih lama. Penginapan yang tersedia tediri dari berbagai macam kelas, tergantung kantong anda. Di sepanjang jalan di sekitar pantai ini anda akan dengan mudah menjumpai penginapan- penginapan tersebut maupun rumah- rumah makan yang menawarkann berbagai macam sajian menu. .

Selain terkenal karena keindahan pantainya Parangtritis juga terkenal karena digunakan sebagai tempat untuk pelaksanaan upacara labuhan yang di adakan oleh keratin Yogyakarta tiap waktu tertentu. Upacara labuhan merupakan wujud syukur masyarakat Yogyakarta khusunya para nelayan atas ‘berkah laut kidul’ yang telah di berikan kepada mereka. Dalam upparangtritis jejak petualang picacara ini dilakukan larungan terhadap berbagai macam persembahan yang ditujukan kepada penguasa laut kidul yaitu nyai Roro kidul yang di percaya masyarakat telah memberikan kesejahteraan dan keselamatan dalam mencari rejeki di laut kidul.

Parangtritis memanjang dari ujung timur yang di batasi oleh tebing pegunungan ke arah barat hingga pantai- pantai selanjutnya yaitu Parangkusumo, Depok, dsb. Suasana pantai akan terlihat lebih indah ketika matahari terbenam (sunset) sehingga banyak para wisatawan yang rela untuk menunggu sampai sore untuk menyaksikan sunset di pantai ini. Memang hanya sunset lah yang bisa di saksikan dari pantai ini karena matahari terbit (sunrise) terhalang oleh pegunungan di sebelah timur parangtritis.

Di Parangtritis ini ada sarana transportasi tradisional yaitu bendi (kereta yang di tarik oleh kuda). Fasilitas ini menawarkan jasa bagi wisatawan untuk menyusuri pantai dengan nyaman dari atas bendi tanpa harus merasa capek karena berjalan. Walaupun berenang di pantai ini cukup berbahaya akan tetapi tetap saja banyak para pengunjung yang berenang di sini sehingga sering ada pengunjung yang terseret ombak. Setelah puas menikmati keindahan pantai ini anda juga bisa membeli oleh- oleh berupa ikan segar di tempat pelelangan ikan di pantai Depok yang hanya berjarak sekitar 2 kilometer dari Parangtritis. Selain membeli ikan segar, anda juga bisa menikmati ikan bakar yang banyak tersedia di sekitar pantai Depok.

Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang
READ MORE ...

Sabtu, 24 Januari 2009

Eksplorasi Goa Cokro

Goa Cokro yang terletak di Kecamatan Ponjong Kabupaten Gunungkidul ini merupakan perpaduan antara goa vertikal dengan goa horisontal. Bentukan dasar dari goa ini yaitu turunan berbentuk sumur setinggi sekitar 20 meter dengan diameter mulut goa berbentuk persegi panjang dengan ukuran sekitar 2x1 meter. Bagian dalam goa ini memiliki panjang sekitar 200 meter denganeksplorasi goa cokro pic ujung buntu. Jalan satu- satunya untuk masuk yaitu melalui lintasan vertikal di mulut goa tersebut. Dalam kondisi musim kemarau keadaan dalam goa ini kering sedang saat musim hujan cukup becek dengan sedikit genangan- genangan air karena memang air di permukaan tanah masuk ke goa ini. Dalam penelusuran goa yang aku lakukan bersama teman- teman pada bulan Maret 2008 lalu di bagian dalam ini ada bekas runtuhan baru yang diperkirakan akibat dari gempa bumi cukup besar yang melanda Yogyakarta dan Jawa Tengah 27 Mei 2007 lalu.

Sore itu aku bersama 9 orang temanku berangkat dari Jogja untuk menuju Goa Cokro. Sampai di Wonosari kami singgah sebentar buat makan malam di kompleks pasar Wonosari. Setelah makan kami melanjutkan perjalanan menuju Ponjong lokasi goa ini yang masih sekitar setengah jam perjalanaan lagi dari Wonosari. Saat di perjalanan hujan mulai turun dan lama kelamaan makin deras saja hujan yang mengguyur kami. Karena hujan yang mengguyur inilah kami mengubah skenario lapangan dari rencana semula langsung menuju ke lokasi sekitar goa dan mendirikan dome menjadi mencari tempat untuk singgah sementara. Tempat yang kami tuju adalah rumah kepala dusun setempat yang memang sudah biasa dijadikan sebagai besecamp para pencinta alam ketika berkegiatan di Goa Cokro. Akan tetapi kami saat itu kurang beruntung karena sang pemilik basecamp sedang tidak ada dirumah sehingga aku dan rekan- rekan tidak bisa singgah. Sebagai alternatif kami menggunakan balai dusun yang lokasinya hanya sekitar 400 meter dari Goa Cokro.

Sampai di balai dusun kami segera menata tempat buat istirahat semalam. Dinginya suasana akibat hujan yang makin deras membuat beberapa temanku memilih untuk segera tidur, sedang aku dan beberapa teman yang lain membuka peralatan masak untuk memasak air hangat dan mie instant. Sebelumnya sempat diadakan briefing singkat untuk membahas skenario kegiatan esok hari yaitu apabila hujan sudah reda maka jam 3 tiga orang temanku akan menuju goa untuk memasang tali lintasan pada bagian goa vertikal untuk turun nantinya sedang yang lainya menyusul setelah masak buat sarapan. Karena memang jam 3 hujan sudah reda maka skenario lapangan pun dapat dijalankan yaitu 3 orang menuju ke goa dengan membawa peralatan yang dibutuhkan. Memang dibutuhkan waktu yang agak lama untuk persiapan di lokasi dan memasang lintasan sehingga tiga orang yang bertugas harus berangkat pagi- pagi.

Pagi itu aku bangun jam 5 dengan beberapa temanku yang masih tertidur lelap. Satu persatu dari mereka dibangunkan untuk memasak dan packing barang- barang untuk segera menuju ke lokasi. Akhirnya pada jam 6. 30 semua telah siap untuk berangkat. Sampai di mulut goa aku dan teman- teman yang akan menuruni goa segera menyiapkan peralatan pribadi yang berupa SRT set dan lain- lain karena memang lintasan telah terpasang. SRT set adalah peralatan yang biasa digunakan oleh para pencinta alam maupun tim SAR (Search and Rescue) untuk turun ataupun naik pada sebuah tali kermantel. Teknik ini sendiri disebut dengan SRT( Single Rope Technique).

Satu persatu dari kami menuruni goa tersebut dengan hati- hati.. Buat aku dan beberapa temanku ini merupakan pengalaman pertama untuk melakukan penelusuran goa vertikal sehingga terasa ngeri juga ketika melihat ke dalam goa vertikal tersebut yang terlihat cukup dalam. Dengan perasaan yang sedikit nervous akhirnya akupun memasang SRT set pada tali untuk segera menuruni goa. Saat itu aku turun di urutan ketiga setelah dua eksplorasi goa cokro picorang temanku turun duluan. Tidak beberapa lama kemudian rasa nervous ku pun hilang seiring pijakan kakiku yang pertama ke dasar goa tersebut. Seketika itu aroma mistik kurasakan karena lorong goa yang terlihat begitu gelap serta banyak cerita yang pernah kudengar bahwa di goa tersebut sudah sering terjadi kasus bunuh diri.

Ternyata cukup luas juga bagian dalam goa tersebut. Setelah enam orang yang akan memasuki goa sampai bawah semua maka kami segera menelusuri bagian goa yang horisontal. Beberapa puluh meter dari mulut goa kondisi tanahnya cukup becek karena baru saja hujan, akan tetapi tidak beberapa lama kemudian masuk kedalam kondisinya sudah kering. Ada kubah- kubah cukup indah dengan stalagtit dan stalagmit yang menghiasi setiap ruangan goa tersebut. Cukup indah sekali. Mula- mula jalan yang kami lalui masih luas sehingga kami leluasa untuk berjalan, akan tetapi pada bagian yang lebih dalam ada sebuah lorong yang cukup sempit sehingga kami harus merangkak untuk dapat memasukinya. Bau kotoran kelelawar atau yang biasa disebut guano pun tidak kami hiraukan seiring dengan indahnya panorama dalam goa tersebut. Tidak lupa setia ada pemandangan yang cukup bagus kami menyempatkan diri untuk berfoto- foto ria sebagai bagian yang tak pernah terlewatkan setiap kegiatan. Setelah sekitar tiga jam menelusuri goa aku dan teman- teman segera kembali karena memang telah selesai penelusuranya.

Sampai di mulut goa satu persatu dari kamipun segera naik melalui tali yang kami gunakan saat turun. Kondisi tanah yang cukup becek di sekitar mulut goa menyulitkan kami untuk naik karena kaki alas kaki yang basah dengan Lumpur tersebut banyak yang menempel pada tali sehingga tali menjadi licin. Akhirnya tidak sampai satu jam kemudian semua anggota tim yang masuk goa pun telah sampai diatas. Setelah packing alat- alat pribadi yang kami gunakan maka aku dan teman- teman segera menyantap makan siang yang telah disediakan oleh teman kami yang bertindak sebagai tim basecamp karena memang perut kami saat itu sudah sangat lapar. Setelah selesai makan kamipun segera packing semua peralatan untuk kemudian pulang. Tidak lama setelah semua selesai packing hujan yang cukup lebat kembali mengguyur kami sehingga kami semua basah kuyup. Dengan tidak memperdulikan hujan maka kami segera pulang ke Jogja karena saat itu sudah sore. Sebetulnya kami berencana untuk mampir ke sungai bawah tanah Kalisuci sebelum pulang jika telah selesai penelusuran sebelum jam 13.00 , akan tetapi hal ini tidak kesampaian karena sudah cukup sore dan sempat kehujanan juga. Akhirnya tuntas sudah eksplorasi goa vertikal pertamaku yang cukup seru ini. Kepuasan akan keindahan ornamen goa menantang jiwa petualanganku untuk kembali melakukan eksplorasi ke goa- goa selanjutnya.

Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang
READ MORE ...

Jumat, 23 Januari 2009

Tamansari Water Castle


Tamansari merupakan salah satu warisan budaya Keraton Kasultanan Yogyakarta yang masih berdiri kokoh. Tamansari dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono I tahun 1758. Sampi saat ini Tamansari telah mengalami beberapa kali renovasi sehingga terlihat lebih indah dengan tidak menghilangkan nilai historis dan estetika aslinya. Letak Tamansari tidak jauh dari Keraton Yogyakarta yaitu hanya sekitar 300 meter disebelah barat keraton.

Objek utama dari Tamansari ini adalah kolam air yang dikelilingi benteng setinggi 6 meter seiring fungsinya pada masa pembangunanya yaitu sebagai kolam pemandian para istri- istri Sri Sultan Hamengkubutamansari water castle cerita petualanganwono I. Konon pada masa itu Tamansari digunakan Sultan untuk melihat para istrinyanya ketika sedang mandi. Untuk itu disana ada tempat seperti menara yang dibuat tinggi sebagai tempat untuk mengamati para istrinya yang sedang mandi tersebut. Untuk cerita lengkap mengenai sejarah Tamansari ini di tempat wisata budaya tersebut juga banyak tersedia para pemandu yang akan memberikan segala informasi tentang Tamansari serta mengantarkan wisatawan menuju semua bagian dari kompleks tersebut.

Saya sendiri sudah beberapa kali mengunjungi kawasan wisata budaya yang satu ini. Sebelum gerbang masuk tamansari ada gambar yang menunjukkan tata letak tamansari pada masa dahulu. Dari situ bisa kulihat bahwa disekitar tempat tersebut dulunya terdapat kebun buah- buahan yang mengelilinginya sehingga Sultan dapat memetik buah setiap saat. Diantara kebun buah- buahan tersebut adalah semangka, nanas, mangga, dll. Aku dapat membayangkan bahwa pada masa itu Tamansari terlihat begitu sejuk dan anggun dengan banyaknya tanaman buah disekitarnya. Ini sangat berbeda sekali dengan yang kulihat disana yaitu daerah sekitar Tamansari yang telah berubah menjadi rumah- rumah. Konon mereka yang tinggal disana adalah para kerabat abdi dalem keraton yang telah turun temurun sehingga semakin banyak saja jumlahnya.

Begitu masuk tempat ini aku segera menyaksikan kolam besar yang terpisah menjadi dua bagian dengan air yang begitu jernih sehingga menjadikanku serasa ingin menceburkan diri kedalamnya. Selain kolam utama yang terbagi menjadi dua bagian tersebut, setelah masuk melewati bagian bawah menara dua lantai yang disediakan sebagai tempat sutamansari water castle cerita petualanganltan menyaksikan para istrinya yang sedang mandi, ada sebuah kolam lagi yang ukuranya lebih kecil. Aku mencoba untuk naik ke menara tersebut untuk mengamati tamansari dari atas. Nikmat sekali rasanya duduk bersantai diatas sambil mengamati kedua kolam di bagian utara dan selatan menara tersebut. Angin berhembus semilir dari sela- sela jendela yang terpasang jeruji- jeruji kayu yang masih asli dari pertama kali dibuat. Namun sangat disayangkan sekali disana banyak terdapat corat- coret dari tangan –tangan jahil sehingga sedikit mengurangi keindahanya. Selain menikmati pemandangan kolam aku juga bisa menyaksikan rumah- rumah penduduk yang berada disekitarnya yang konon dahulu adalah kebun- kebun buah tersebut.

Puas dengan pemandangan dari atas menara akupun kembali turun untuk menjelajahi bagian lain dari Tamansari. Saat pertama kali kesana saya berjalan- jalan ditemani seorang pemandu yang telah puluhan tahun menjadi pemandu. Ada dapur dengan konstruksi kuno, serta masjid bawah tanah yang cukup unik. Masjid bawah tanah ini terdiri atas dua lantai berbentuk bulat dengan rongga- rongga jendela di bagian luarnya. Ada sebuah kolam kecil berbentuk bulat di tangah masjid serta tangga yang melintang diatasnta sehingga cukup anggun serta memiliki nilai citarasa seni yang tinggi. Selain itu ada juga terowongan dimana ada salah satu bagian disana yang dipercaya masyarakat sebagai jalan pintas Sultan menuju laut selatan. Disisi utara dari terowongan ini ada sebuah bangunan kuno yang masih merupakan bagian dari Tamansari juga yaitu bebentuk seperti bangunan bertingkat dengan tempat datar diatasnya. Dari atas sini aku bisa menyaksikan keindahan sekitar karena memang bangunan ini cukup tinggi. Namun sayangnya saat ini kondisinya sudah hampir rusak karena memang konstruksinya yang sudah kuno juga diperparah dengan runtuhnya beberapa bagian bangunan ini akibat gempa bumi yang melanda Yogyakarta tangga 27 mei 2007 silam.

Simak terus cerita petualangan selanjutnya.....

Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang
READ MORE ...

Rabu, 21 Januari 2009

Sensasi Arung Jeram di Sungai Elo

Degup jantung ini serasa makin kencang seiring dengan besarnya jeram yang menghadap didepan saya. Perasaan tegang bercampur tertantang menghinggapiku ketika perahu itu menuju jeram yang cukup besar. Derasnya arus air di Sungai Elo yang beradu dengan bebatuan besar membuat jeram searung jeram sungai elo petualangan picmakin menantang. Detik- detik menjelang jeram pun tiba hingga dada ini serasa tak suasa menahan detak jantung yang semakin kencang berdetak. Akhirnya…….wooow….jeram pertama sudah berhasil kutaklukkan. Ketakutan yang tadi sempat menghinggapiku akhirnya berganti dengan kepuasan yang tak terhingga dan menjadikanku tertantang untuk segera menjemput jeram- jeram berikutnya.

Begitulah kira- kira perasanku ketika aku untuk pertama kalinya mencoba arung jeram. Olahraga yang satu ini memang sudah cukup populer saat ini, meskipun butuh adrenalin yang cukup untuk melakukanya. Sebelum turun langsung kesungai untuk mencoba arung jeram aku berpikir mengenai resiko- resiko yang mungkin bakal menimpaku dari hanyut di arus yang begitu deras, tenggelam, jatuh di jeram terus menabrak batu- batu sungai dan lain sebagainya yang semuanya membuatku sempat berpikir beberapa kali untuk mencobanya. Dengan tekad yang bulat akhirnya kuberanikan diri untuk mencobanya.

Arung jeram atau White Water Rafting (WWR) mempunyai sejarah yang cukup panjang hingga sampai seperti yang kita biasa saksikan saat ini. Di mulai dari manusia purba yang menggunakan batang- batang kayu untuk untuk menyeberang dan transportasi. Selain mengikat batang- batang pohon untuk dijadikan seperti rakit, ada juga yang melubangi batang pohon yang kemudian berkembang menjadi kanoe. Begitu selanjutnya kemudian berkembang dari bentuk, kapasitas, hingga bahan bahan yang digunakan untuk membuat perahu menjadi seperti yang banyak kita saksikan saat ini.


Pagi itu aku bersama sekitar 17 temanku yang lain menuju Sungai Elo di Jawa Tengah untuk memulai arung jeram pertamaku ini. Memang ada beberapa temanku yang sudah pernah mencoba bahkan sering dalam hal arung jeram ini sehingga kita tidak perlu menyewa seorang skipper untuk mendampingi kami karena telah ada temanku juga yang jago untuk menakhkodai perahu.

Tiba dilokasi suasana masih cukup sepi. Aku dan teman- teman segera mengenakan peralatan standar keamanan pribadi yang berupa pelampung, helm, dan dayung. Setelah memompa dua buah perahu yang masing- masing berkapasitas maksimal 8 orang, kamipun segera melakukan pemanasan agar tidak keram saat melakukan pengarungan. Saat itu 14 orang dari kami termasuk aku akan melakukan pengarungan dengan dua buah perahu sementara sisanya menjadi tim darat yang tetap berkomunikasi untuk memantau keselamatan tim yang melakukan pengarungan.

Selesai pemanasan kamipun segera mengangkat perahu menuju ke sungai dengan menuruni tangga yang cukup terjal. Ternyata perahu karet yang berisi angin itu berat juga untuk diangkat oleh tujuh orang. Sampai diair aku segera naik ke perahu disusul teman yang lain. Sebelum mengarungi sungai kami melakukan latihan kekompakan tim dan belajar cara mendayung yang benar . setelah dirasa cukup pemanasan diatas perahu maka kami segera memulai pengarungan. Beberapa ratus meter dari titik start keadaan air masih flat.

Akhirnya jeram pertama yang dinantikan pun sudah telihat. Aku dan kawan- kawan dikomando untuk mempercepat dayungan ketika memasuki jeram. Dan 1, 2, 3…. Kamipun masuk ke jeram pertama dengan teriakan untuk mengalahkan ketakutan yang sempat terlintas. Jeram pertamapun sudah berhasil kami taklukan dengan sukses tanpa ada satu anggotapun yang terjatuh dari perahu. Tidak lama kemudian tim 2 menyusul memasuki jeram tersebut dengan lancar pula.Beberapa jeram selanjutnyapun kami arungi dengan lancar hingga akhirnya pada jeram yang cukup besar salah satu temanku ada yang terjatuh ke jeram. Akupun sempat khawatir dengan membayangkan bagaimana keadaan temanku tersebut. Tiarung jeram sungai elo petualangan picdak beberapa lama setelah keluar dari jeram akhirnya dia terlihat agak jauh dari perahu. Salah satu temanku segera melamparkan throwing bag untuk menolong temanku agar segera mendekat ke perahu. Tidak lama kemudian temanku yang jatuh tadi sudah berhasil naik kembali ke perahu dengan selamat, hanya beberapa luka memar dikakinya karena terbentur bebatuan saat di jeram.

Di tengah pengarungan sungai kami sempat beristirahat sekitar satu jam untuk menikmati makan siang yang telah disediakan oleh tim darat. Pada saat istirahat itulah aku dan teman- teman mencoba sesuatu yang ekstrim dan menguji nyali yaitu menceburkan diri di jeram atau biasa disebut renang jeram. Jeram yang satu ini cukup besar karena memang saat itu debit airnya sedang tinggi. Satu persatu kamipun menceburkan diri ke jeram dari atas sungai. Aku melompat pada urutan ketiga. Rasanya kaki ini tak mau lepas dari tanah karena rasa takut melihat besarnya jeram. Akupun semakin khawatir karena teman sebelumnya mengalami luka- luka memar saat tercebur ke jeram. Tapi akhirnya rasa takut itupun dapat kutepis jauh- jauh sehingga dalam hitungan ketiga akupun segera melompat untuk menceburkan diri. Sungguh sebuah pengalaman yang tak terlupakan. Ketika aku berusaha mengendalikan arah badanku agar selalu kedepan, arus sungai yang deras langsung menghempasku terbalik tak karuan. Sesaat dapat kurasakan sakitnya badanku ketika menabrak batu- batu besar yang berada di jeram dengan panjang sekitar 20 meter itu. Aku merasakan bahwa saat itu aku seperti bola billiard yang memantul kesana kemari karena benturan. Sungguh sakit sekali. Akhirnya setelah bertarung dengan jeram itu akupun dapat keluar darinya dengan nafas yang masih bisa kurasakan…. Ah… leganya… THANKS GOD..I’M STILL ALIVE. Setelah naik ke darat aku merasakan ada bagian kakiku yang berdarah karena benturan yang keras dengan bebatuan tadi, akan tetapi tidak parah sehingga aku masih bisa berteriak lega. Aku bersyukur sekali dapat merasakan pengalaman yang begitu mengerikan itu. Tetapi hal ini tidak membuatku gentar sehingga aku mencoba kembali untuk terjun ke jeram ini.

Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang
READ MORE ...

Senin, 19 Januari 2009

Wisata Karst Kalisuci

Kalisuci merupakan wisata goa karst dengan sungai bawah tanah yang saat ini dijadikan sebagai sebuah objek wisata baru di Kabupaten Gunung Kidul. Kalisuci terletak sekitar 10 kilometer dari Wonosari yaitu tepatnya diDesa Pacarejo, Kecamatan Semanu, Gunungkidul. Tempat ini sebenarnya sudah mulai dirintis sebagai tempat wisata pada era pemerintahan Soeharto sekitar tahun 1997 yaitu dengan pembangunan tangga untuk akses ke bawah sungai, akan tetapi kurangnya perhatian dari pemerintah setempat kemudian menjadikan tempat ini tidak terawat dengan baik, malah digunakan oleh warga sekitar untuk keperluan mandi dan mencuci. Ini sungguh halnya yang sangat menyedihkan karena dapat mencemari kondisi air sungai bawah tanah tersebut..

Pertama melihat tempat ini rasanya sungguh menakjubkan. Aku pertama kali ke tempat ini saat sedang melaksanakan KKN PBA (Pemberantasan Buta Aksara) yang diselenggarakan oleh UGM di Kecamatan Semanu pada bulan Juli- Agustus tahun 2008. Waktu itu tempat tersebut belum dijadikan objek wisata jadi belum ada uang pungutan retribusi.

Ditengah kondisi Gunungkidul yang begitu kering dimusim kemarau ternyata ada banyak sungai bawah tanah yang terus mengalir dan begitu menyejukkan. Aliran air yang begitu deras dan terlihat biru seperti menggoda untuk sekedar bermain air disana. Aku dan empat orang temanku pun segera berlarian ke arah air untuk meraihnya. Panasnya terik matahari yang menyengat sewaktu dalam perjalanan ke tempat ini akhirnya terhapus sudah dengan sejuknya air dari sungai bawah tanah yang mengalir deras tersebut.

Habis maen air aku dan teman- teman kemudian melihat pemandangan sekitar. Sungai dengan air yang mengaliir begitu jernih masuk menembus goa karst yang begitu besar sehingga menimbulkan ketakjuban yang luar biasa. Sungai bawah tanah kalisuci ini menembus beberapa goa yang juga sering digunakan oleh Pencinta Alam untuk melakukan kegiatan penelusuran goa seperti Goa Grubug dan Goa Jomblang. Tidak lupa kamipun melakukan kegiatan wajib kami ketika maen ke suatu tempat yaitu foto- foto. Entah karena narsis atau memang pantas untuk diabadikan sehingga menjadikan kami asyik berfoto- foto disana. Bentukan karst yang manghiasi mulut goa menjadikan sebuah background yang begitu menarik untuk difoto.


Saat itu ada pula beberapa warga sekitar yang sedang mandi dan mencuci disana. Ada pula beberapa pengunjung yang kebetulan juga lagi mampir ke kalisuci. Memang sebuah hari yang menyenangkan disela- sela program KKN yang begitu padat aku dan teman- teman sempat mengunjungi wisata goa karst yang begitu indah ini.

Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang


READ MORE ...

Pendakian Pertamaku di Merbabu; sebuah inspirasi akan keagungan Sang Pencipta.

Kegiatan mendaki gunung memang sudah cukup popular dan digemari banyak orang. Banyak yang berpendapat bahwa mendaki gunung merupakan sebuah aktivitas atau hobi yang dapat memberikan kepuasan tersendiri karena banyak hal menarik yang akan didapat dari kegiatan pendakian. Pendakipendakian gunung merbabu pican pertama yang kulakukan adalah pendakian Gunung Merbabu di Jawa Tengah yang memiliki ketinggian 3.142 M dpl. Saat itu aku masih duduk di bangku SMA kelas 2. Aku bersama teman- teman yang berjumlah 7 orang memulai pendakian dari jalur pendakian Wekas. Ini merupakan jalur yang bisa dibilang cukup mudah karena biasanya para pendaki pemula menggunakan jalur ini untuk mencapai puncak merbabu. Wekas sendiri merupakan nama desa terakhir sebelum mencapai puncak Merbabu.

Sebelum memulai pendakian aku bersama teman- teman singgah di Basecamp yang banyak disediakan bagi para pendaki di Jalur Wekas ini. Setelah melakukan briefing mengenai skenario pendakian yang akan dilakukan akhirnya pada pukul 22.10 WIB kamipun memulai pendakian. Ditengah gerimis ringan dan dinginya udara gunung aku mulai melangkah menapaki jalan setapak yang cukup licin oleh air hujan. Beberapa kali aku hampir- hampir terpeleset karena tanah becek yang kupijak. Langkah demi langkah kususuri jalan yang licin tersebut dengan cahaya dari senter yang kubawa. Semakin lama melangkah, nafas ini terasa semakin berat. Jalan yang begitu terjal menanjak serasa menghabiskan nafas yang berusaha tetap kukendalikan. Walaupun aku merasa masih mampu untuk melanjutkan pendakian akan tetpendakian gunung merbabu picapi ada temanku yang meminta untuk berhenti untuk sekedar mengambil nafas karena kecapekan. Memang kami semua pada saat itu dihadapkan pada pilihan yang serba sulit yaitu jalan dengan kondisi yang cukup berat atau berhenti tetapi kedinginan. Tetes keringat yang terasa panas akibat kondisi jalan yang begitu berat akan berubah menjadi dingin yang luar biasa secara cepat sesaat setelah kita berhenti berjalan akibat dinginya cuaca. Dengan semangat yang masih kokoh untuk mencapai puncak akupun melanjutkan pendakian bersama anggota tim yang juga masih semangat walaupun sudah sangat capek.

Akhirnya setelah hampir tiga jam berjalan, akupun sampai di pos II jalur pendakian ini. Pos ini cukup luas sehingga sering dijadikan sebagai tempat untuk beristirahat, mendirikan tenda, dan memasak sebelum meneruskan perjalanan ke puncak. Di tengah udara yang begitu dingin kami membuka dua buah tenda dome untuk beristirahat. Saat itu juga banyak pendaki lain yang lebih dulu sampai di pos II dan mendirikan dome. Setelah selesai mendirikan tenda aku dan beberapa teman pun memasak mie instant dan air panas untuk mengusir hawa dingin dan perut yang sudah mulai lapar, sementara sebagian temanku sudah tidur terlelap karena kecapekan. Tidak sampai tiga jam aku beristirahat di pos II ini dan kemudian melanjutkan perjalanan kembali menuju puncak.. Target ku saat itu adalah mencapai puncak sebelum Sunrise. Lebatnya hutan pinus yang kami temui sebelum pos II mulai berganti dengan semak- semak kecil yang terbuka sehingga pemandangan langit pun begitu menarik karena hujan gerimis yang sempat mengguyur sudah berhenti.

Setelah terus berjalan akhirnya aku merasakan bahwa hari sudah mulai terang. Saya sempat kecewa karena saat itu kami belum sampai di puncak akan tetapi matahari sudah hampir muncul. Saat itu aku baru sampai di pertigaan yang merupakan pertemuan antara jalur pendakaian Wekas dengan jalur perdakian Kopeng. Karena tempatnya cukup luas dan dirasa nyaman buat menikmati sunrise, akhirnya aku dan teman- teman berhenti untuk menikmati sunrire disini. Tidak lama aku menunggu……. Dan….Luar biasa.. Ini adalah sunrise pertama yang kusaksikan diatas gunung. Sungguh suatu pemandangan yang membuatku teringat akan kebesaran Sang Maha Pencipta alapendakian gunung merbabu picm. Setelah setengah jam menikmati sunrise akupun melanjutkan pendakian ke puncak Kenteng Songo yeng merupakan puncak tertinggi Gunung Merbabu ini. Hanya dibutuhkan waktu sekitar satu jam sampai akhirnya akupun sampai dipuncak kenteng songo yang berada di ketinggian 3.142 M dpl. Lagi- lagi untuk yang kedua kalinya aku merasakan kekagumanku kepada alam yang sedang kusaksikan ini. Pemandangan yang begitu indah berada di semua penjuru mata angin. Dari sini bisa kusaksikan gunung merapi yang mengeluarkan asap belerang, serta gunung- gunung lain seperti Gunung Sumbing dan Sindoro yang kelihatan begitu indah. Disini aku merasakan hangatnya pancaran sinar matahari yang bercampur dengan dinginya undara gunung. Setelah puas menikmati puncak Merbabu aku dan teman- temanpun melanjutkan perjalanan kembali ke Basecamp Wekas. Akhirnya pada sekitar pukul 14.30 WIB kami semua sampai di Basecamp Wekas dengan selamat. Puji Syukur kepada Sang Pancipta Alam Raya yang telah menunjukkan segala keagunga-Nya kepadaku hari ini. Ini merupakan pendakian pertamaku yang akan mengilhami petualanganku dengan alam selanjutnya.

Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang
READ MORE ...