Jumat, 27 Maret 2009

Mendaki Gunung Itu Menyenangkan


Banyak orang masih bertanya-tanya sampai sekarang,” Apa sih enaknya naik gunung?” Badan capai, dingin, lapar, dan bisa mati juga. Seperti orang kurang kerjaan saja. Tapi, sebenarnya kalau kita tahu trik-trik dalam pendakian gunung. Kegiatan ini ternyata bisa juga dinikmati dan aman-aman saja selama kita tahu batas kemampuan diri sendiri.


Pertama kali yang harus di ketahui dalam perjalanan pendakian gunung adalah bagaimana teknik berjalan. Tentu agak aneh juga kedengarannya. Setiap orang yang punya kaki dan tidak lumpuh pasti bisa berjalan, terus apalagi yang harus dipelajari?

Keseimbangan. Inilah jawaban mengapa kita wajib belajar lagi tentang teknik berjalan di gunung. Di sana, cara berjalan kita tak sama seperti saat kita berjalan di jalan-jalan perkotaan. Di gunung kita harus membawa banyak beban di punggung kita. Kemudian ditambah faktor medan perjalanan yang kadang harus mendaki punggungan-punggungan gunung yang curam, atau melintasi lembah panjang tak bertepi, bahkan kadang-kadang menuruni ceruk-ceruk dalam yang teramat kelam pada akhirnya. Dengan situasi medan seperti itu ditambah dengan beban berat di punggung, maka faktor keseimbangan tubuh adalah mutlak untuk dipelajari.
Maka itu diperlukan harmoni untuk mencapainya. Aturan napas dan gerak langkah haruslah seirama satu sama lainnya. Seperti juga dalam sebuah orkes simfoni, keterpaduan antara pengaturan permainan napas yang disingkronkan dengan gerak langkah yang tidak kaku menjadi sebuah harmonisasi nada tersendiri. Dan jadikan gerak melangkah dalam perjalanan itu sebuah seni tersendiri.

Memang benar ada beberapa prinsip dalam berjalan yang harus dituruti. Seperti melangkahlah dengan langkah-langkah kecil saja. Sebab langkah yang terlalu lebar membuat beban yang dibawa menjadi hanya bertumpu pada satu kaki saja, sehingga membuat keseimbangan kaki menjadi gampang goyah. Selain itu keuntungan lain yang
didapat dengan melangkah kecil-kecil adalah membuat napas lebih mudah diatur. Hal ini berdampak langsung pada sistem penghematan tenaga yang terbuang.

Memang efek samping yang paling kentara dari berjalan dengan langkah kecil ini adalah melambatnya irama jalan. Tapi itu lebih baik adanya daripada berjalan cepat-cepat tapi banyak istirahat yang dibutuhkan. Sedangkan parameter yang dapat dijadikan pegangan untuk mengetahui sampai batas seberapa kita melebihi irama jalan adalah saat kita mulai merasa sulit berbicara dengan rekan seperjalanan. Ini biasanya disebabkan karena irama napas yang mulai tidak teratur dan hal tersebut menjadi tanda bahwa berarti kita berjalan terlalu cepat.

Teknik Istirahat
Buat seorang pehobi mendaki gunung berpengalaman, berjalan terus-menerus selama dua sampai tiga jam tanpa istirahat bukanlah berat. Tingginya jam jalan dan latihan yang terus-menerus membuat stamina dan kekuatan seperti itu bisa diperoleh. Buat ukuran kita, para awam dapat berjalan satu jam terus-menerus dengan diselingi istirahat selama sepuluh menit adalah wajar.

Saat istirahat juga banyak faktor yang harus diperhatikan. Seperti, duduklah dengan kaki menyelonjor lurus ke depan. Karena hal ini dapat melancarkan kembali aliran darah yang sebelumnya hanya terpusat ke kaki. Usahakan cari tempat yang tidak terlalu berangin, karena angin dapat mengerutkan otot yang sedang beristirahat tersebut. Minum air yang berenergi dan bukalah sedikit makanan ringan yang kita bawa, untuk mempercepat proses recovery pada tubuh.

Pendapat yang mengira bahwa meneguk minuman keras di gunung itu baik adalah salah adanya. Memang kehangatan bisa kita dapat dari minuman tersebut tapi pembuluh darah dalam kulit menjadi mengembang dan memberi kesempatan udara dingin masuk ke dalam tubuh. Kehangatan sesaat yang kita terima tidak seimbang dengan akibat setelahnya, yaitu kedinginan dalam jangka waktu lama. Lagipula tak baik bila meminum minuman keras bila sedang dalam berjalan di gunung, selain bisa mengakibatkan mabuk yang bisa berdampak bahaya untuk si pendaki sendiri.

Atur waktu istirahat, jangan terlalu lama juga. Selain sayang pada otot-otot kaki yang sudah memanas dan kencang menjadi mengendur karena kelamaan istirahat. Tapi, bila dirasakan Anda memerlukan istirahat lebih lama dari biasanya itu pertanda Anda berjalan terlalu cepat. Dan bila tiba-tiba tiap setengah jam atau kurang Anda merasa membutuhkan istirahat itu berarti pertanda tubuh kita sudah terlalu lemah dan lelah.
Masalah kelelahan ini haruslah dipertimbangkan masak-masak. Bila hal ini terjadi tak jauh dari puncak tempat tujuan mungkin kita bisa memaksakan untuk mencapainya. Tapi, bila terjadi di tengah perjalanan dan puncak tempat tujuan kita masih terasa jauh dari depan mata lebih disarankan mengambil istirahat panjang, kalau perlu dirikan tenda untuk beristirahat.

Memilih lokasi istirahat juga harus memperhatikan banyak hal. Pilihlah lokasi istirahat yang memiliki pemandangan indah, karena paling tidak secara psikologis menikmati pemandangan dapat mengurangi perasaan lelah yang timbul selama dalam perjalanan. Makan dan minum secukupnya, kalau perlu dimasak dahulu agar hangat dan segar. Baik juga kalau kita memakan sedikit garam untuk menghindari keram.

Medan
Selanjutnya yang perlu diperhatikan saat berjalan di gunung adalah memperhatikan betul medan yang akan kita tempuh. Medan yang berumput dan terjal kadang membahayakan, apalagi saat basah karena hujan atau embun pada pagi hari. Bila kita tak berhati-hati melewatinya, tergelincirlah akibatnya. Apalagi bila kita memakai sepatu yang tidak mempunyai sol ber-‘kembang’ yang layak. Sama juga seperti pada medan yang berlumpur dan becek, cenderung licin dan berbahaya.

Di daerah yang penuh kerikil dan batu-batu tajam disarankan berhati-hati dan tidak bertindak ceroboh. Tidak berbeda juga di saat kita menemui daerah dengan batu-batu besar seperti saat di sungai. Kalau bisa melompat dari satu batu ke batu lainnya lebih disarankan. Tapi ini memerlukan kecepatan gerak dan ketepatan dalam melangkah, karena kadang batu tempat kita berpijak sudah bergulir saat kita akan pindah ke batu yang lain. Faktor kelelahan dan pengalaman juga bisa menjadi acuan bila ingin meloncat-loncat seperti ini. Bila kita sudah terlalu lelah cara yang paling aman adalah dengan menaiki satu per satu batu-batu tersebut dan memeriksa dahulu batu-batu yang akan dipijak agar tidak bergulir nantinya.

Lain lagi bila menemui daerah dengan karakter berpasir. Berjalan mendaki di daerah seperti ini lebih sukar daripada berjalan di atas tanah keras. Setiap kali dua kali melangkah ke atas tanah akan melorot ke bawah sebanyak satu langkah. Kadang-kadang perlulah menyepakkan kaki agar tanah memadat dan tidak melorot lagi. Bila kita menjadi orang kedua kita bisa mempergunakan jalur yang pernah dilalui orang pertama, hal ini bisa menghemat tenaga karena tanah berpasir bekas jejak menjadi lebih padat dan keras.
Juga jangan cepat percaya pada pepohonan kecil-kecil yang berada di pinggir-pinggir tebing. Seringkali pohon tersebut tak cukup kuat untuk menahan tubuh kita, sehingga gampang tercabut saat kita memakainya untuk menahan bobot badan. Pakailah pohon-pohon tersebut hanya sebagai keseimbangan saja.
Jangan terburu-buru mengambil keputusan memotong lintasan yang sudah ada. Memang kadang lintasan tersebut terasa jauh bila kita melewatinya. Tapi percayalah, hal tersebut biasanya dikarenakan faktor mengikuti bentukan alam yang ada di daerah tersebut. Memang itu adanya jalur yang terbaik. Juga biasanya jalur-jalur memotong itu lebih sulit adanya, lebih baik jalan sedikit melingkar tapi dapat menghemat tenaga daripada mengikuti lintasan memotong tapi terkuras tenaga.

Jadi, patut diulang lagi. Ucapan-ucapan yang mengatakan bahwa naik gunung itu susah adalah bohong belaka. Ternyata kita bisa menikmatinya, dan bahaya-bahaya yang timbul di sana sebenarnya bisa diminimalkan dengan cara meningkatkan pengetahuan tentang kegiatan tersebut. Dan dengan menjadikan sebuah perjalanan menjadi sebuah seni adalah cara tersendiri dalam menikmati ciptaan-Nya


oleh :
Yohanes Kurnia Irawan
(@copyright from Sinar Harapan)
READ MORE ...

Kamis, 26 Maret 2009

Kenapa Banyak Pendaki Yang Mati di Gunung...???

Mendaki gunung merupakan kegiatan yang cukup banyak peminatnya sekarang. Kegiatan alam bebas ini memang menjanjikan kenikmatan. Kenikmatan yang bahkan sampai sekarang hanya mereka yang berhasil mendaki sampai ke puncak yang tahu.

Why you climb the montaint? “Because it is up there..” Kata Sir Edmund Hillary, seorang pendaki terkenal Inggris dan juga orang yang diklaim sebagai orang pertama yang berhasil mancapai puncak tertinngi dunia, everest, untuk menggambarkan kenikmatan itu.

Bagi pendaki gunung sejati, kenikmatan mencapai puncak gunung sangat sulit digambarkan dengan kata-kata. Yang jelas mendaki gunung adalah kegiatan yang menyenangkan dan relatif mudah dilakukan. Tidak seperti arung jeram, panjat tebing atau menyelam, dimana diperlukan keahlian khusus.

Kegatan ini juga menjanjikan kesenanganan karena dapat meyaksikan keindahan dan keagungan alam pegunungan. Namun hati-hati, dibalik keindahannya, gunung juga menyimpan bahaya bagi para pendaki.

Banyak faktor yang membuat mereka gagal lalu tewas baik ketika sedang mendaki atau menuruni gunung. Faktor-faktor apa saja yang biasanya menjadi penyebab?

1. Fisik Dan Mental

Ketidaksiapan fisik dan mental menjadi faktor yang cukup tinggi sebagai penyebab kematian para pendaki gunung. Fisik dan mental yang lemah jelas-jelas menjadi mangsa empuk alam gunung yang liar. Apalagi jika mendaki gunung yang ketinggiannya lebih dari 4000 meter dimana oksigen begitu tipisnya. Meski sekarang ada alat bantu oksigen tetapi jika fisik lemah, alat bantu itu hampir seperti tak ada artinya. Mental pun demikian. Orang-orang yang mendaki gunung diharuskan memiliki mental pantang menyerah, bersikap tenang dan tidak mudah panik. Ingat, alam liar pegunungan tidak pernah menoleransi kekurangan-kekurangan itu. Maka persiapkan fisik dan mental Anda sebaik mungkin.

2. Kurang Pengetahuan

Pengetahuan tentang gunung yang akan didaki adalah mutlak. Banyak pendaki remaja atau pemula yang tewas di gunung karena minimnya pengetahuan. Pengetahuan ini meliputi banyak hal, seperti pengetahun tentang tinggi gunung, karakteristik cuaca, pengetahuan tentang flora dan fauna yang biasa hidup di pegunungan, pengetahuan tentang tempat-tempat berbahaya di atas gunung hingga pengetahuan tentang tindak penyelamatan, pengetahuan akan ilmu navigasi dan kemampuan bertahan hidup di alam bebas (survival)

3. Cuaca Buruk

Cuaca diatas pegunungan sangat sulit ditebak, bahkan terkadang meski saat itu musim kemarau bisa saja di atas gunung turun hujan lebat. Cuaca buruk memang tidak menjadi penyebab langsung kematian, tetapi efek yang ditimbulkannya kerap menjadi penghalang pendakian. Seperti jalan menjadi becek dan licin atau udara begitu menjadi begitu dingin.

4. Tersesat

Banyak juga pendaki gunung yang mengalami tersesat. Ini bisa saja terjadi karena mungkin mereka terpisah dari rombongan, mencoba jalur baru atau bahkan disebabkan oleh kesalahan sepele, tidak membawa kompas. Saat orang mengalami tersesat dimana biasanya mereka selalu berputar-putar ke tempat yang sama, mereka akan mengalami disorientasi, bingung, kalut tanpa persediaan makanan yang cukup. Saat itulah maut mengintip. Pentingnya manajemen emosi agar kita bisa keluar dari jeratan maut saat tersesat, dengan panduan STOP (Stop, Thinking, Observation, Planning)


By: Yohanes Kurnia Irawan

GAPADRI MAPALA STTNAS YOGYAKARTA

READ MORE ...

Kamis, 19 Maret 2009

Latihan SRT dan Panjat di Jembatan Babarsari


Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang
Jembatan Babarsari yang terletak Kabupaten Sleman, tepatnya di daerah Depok ini sering digunakan untuk latihan SRT (Single Rope Technique), panjat tebing, rapelling, dll oleh para Pencinta Alam maupun Pramuka, dll. Tempat ini sangat cocok untuk kegiatan seperti ini karena terdiri dari dua jembatan dengan ketinggian sekitar 12 dan 15 meter dari sungai yang mengalir di bawahnya, satu jembatan yang berfungsi sebagai jalur lalu lintas kendaraan , di temboknya bisa digunakan untuk latihan panjat dan rapelling, serta satu lagi jembatan saluran air yang lebih tinggi tetapi mempunyai permukaan yang tertutup beton. Jembatan yang satu ini biasanya di gunakan untuk latihan SRT. Aku dan teman2 sering latihan di tempat ini dan tidak jarang juga fun camping di tempat ini. Berikut adalah foto- foto saat latihan panjat dan SRT di Jembatan BabarsJembatan babarsari jejak petualang picari.jejak petualang picjejak petualang pic
READ MORE ...

Senin, 09 Maret 2009

Jejak Petualang Trans 7 (juga) Capai Puncak Kilimanjaro

Pagi ini (Senin 9 Maret 2009 red) aku nonton berita pagi Trans 7 yang kebetulan di berita penutup menayangkan keberhasilan tim Jejak Petualang Trans 7 mencapai puncak Kilimanjaro di Tanzania, Afrika. Setelah menyimak berita tersebut ternyata tim Trans 7 ini, yang di wakili oleh kang Dody Djohandjaja (42), tergabung satu tim dengan tim pendaki Unpad dalam artikel yang ku tulis sebelumnya dalam misi “Kilimanjaro for Lupus” yang di laksanakan tgl 18- 23 Februari 2009. Setelah ku search di internet dan ketemu di alamat http://jejakpetualang.multiply.com, ternyata Dua Pendaki Wanita Unpad yg kemarin aku bahas di blog ini adalah dua dari 5 orang anggota tim yang berhasil sampai puncak tertinggi ketiga gunung Kilimanjaro yaitu Gilman’s Peak di ketinggian 5.705 mdpl, sedangkan 4 orang yang lain termasuk kang Dody Djohandjaja selaku produser Jejak Petualang Trans 7 berhasil mencapai Uhuru Peak, yaitu puncak tertinggi gunung ini di ketinggian 5.895 mdpl. Yang mebuatku kagum adalah bahwa dari 10 orang anggota tim ini 8 diantaranya adalah perempuan. Mereka tergabung dalam Tim pendaki gunung Yayasan Lupus Indonesia (YLI), dan diadakanya misi ini adalah dalam rangka kampanye Lupus.

Melihat liputan dari Trans 7, memang kondisi pendakian gunung Kilimanjaro sangatlah berat dan menantang. Sangat berbeda dengan kondisi gunung- gunung di Indonesia pada umumnya . Panasnya kondisi pasir yang gersang dengan bebatuan keras menguji fisik dan stamina dan tentunya juga mental para pendaki. Di puncak gunung ini, kondisi suhu ekstim juga terjadi. Konon saat tim Trans 7 mencapai puncak Uhuru saat itu cuacanya berada pada suhu minus 10 derajat Celcius.

Tapi bagaimanapun juga memang begitulah kenikmatan kegiatan pendakian. Kondisi medan sangat berat dan membutuhkan stamina yang tinggi untuk bisa mencapai puncak. Namun demikian semua itu akan terbayar ketika menikmati keindahan alam yang di saksikan sepanjang perjalanan, apalagi kalau berhasil mencapai puncak. Selain keindahan alam, tentunya keberhasilan ini memberikan kesan dan kepuasan yang tak terlupakan bagi para pendaki, seperti yang ku alami dalam beberapa pendakianku.

Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang



READ MORE ...

Jumat, 06 Maret 2009

Dua Pendaki Wanita Unpad Capai Puncak Kilimanjaro

Begitulah judul tulisan dari blog Nattrek Indonesia di alamat http://nattrekindo.multiply.com yang kebetulan langsung masuk ke emailku pada tanggal 2 maret 2009 karena memang aku menjadi contact nattrek di Multiply. Kedua wanita yang di maksud adalah Ami KMD Saragih dan Sri rejeki. Mereka adalah mahasiswi yang tergabung dalam Perhimpunan Mahasiswa Pencinta Alam (PMPA) Palawa Universitas Padjajaran Bandung. Kegiatan yang dilakukan tersebut adalah dalam rangka publikasi lupus dan penggalangan dana untuk Yayasan Lupus Indonesia (YLI). Ekspedisi ini dilaksaknakan tgl 14 februari 2009 yaitu saat keberangkatan mereka dari Indonesia, dengan start pendakian tgl 18 feb 2009 hingga akhirnya mereka berhasil mencapai puncak tanggal 22 feb 2009.

Membaca cerita perjalanan yang cukup keras dari eskpediisi tersebut hingga mencapai puncak pertama Kilimanjaro di ketinggian sekitar 5.621 mdpl, rasanya jadi semangat untuk melakukan ekspedisi ke tempat- tempat petualangan favorit di level internasional seperti gunung Kilimanjaro ini, walapun dana dan tenaga belum mendukung untuk itu. Setelah membaca cerita tersebut aku sempat baca- baca beberapa artikel di Wikipedia tentang pendakian gunung yang menjadi puncak tertinggi di afrika yang memiliki ketinggian 5. 895 mdpl tersebut. Memang ternyata tidak semua orang bisa untuk melakukan pendakian di gunung ini mengingat beratnya medan dari jalur datar di sertai gurun pasir lebih dari 10 km, jalanan terjal berbatu, serta zona bersalju. Konon gunung yang terletak di Negara Tanzania ini merupakan tempat pendakian dengan cuaca terlengkap, mulai dari panasnya gurun pasir, sampai dengan dinginya puncak es, sehingga kekuatan fisik benar- benar di uji dalam pendakian gunung ini. Salut aja deh buat mereka. Maju terus para pendaki Indonesia.


Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang



READ MORE ...

Selasa, 03 Maret 2009

Goa Jomblang dan Grubug

Goa Jomblang dan Grubug terletak di Kecamatan Semanu Kabupaten Gunugkidul DIY, sekitar 17 Km dari Wonosari. Kedua goa ini merupakan goa yang bertipe perpaduan antara goa vertikal dan horizontal. Letak goa yang berada di tengah areal persawahan dengan jalan yang cukup menantang dengan batu- batuan di sepanjang jalan sekitar 2 km dari goa tersebut Goa jomblang grubug petualangan picmembuat tempat ini belum begitu banyak terjamah orang kecuali para Pencinta Alam yang melakukan penelusuran goa.

Goa Jomblang dan Grubug merupakan goa yang biasa di sebut luweng karena bentuknya yang seperti tungku. Jarak antara kedua mulut goa ini hanya sekitar 300 meter saja dengan kondisi terhubung pada bagian dalamnya (goa horisontal). Pada bagian bawah goa.mengalir sungai bawah tanah yang merupakan terusan dari sungai yang di jadik
Goa jomblang grubug petualangan pican objek Wisata Karst Kalisuci. Goa Jomblang memiliki karakteristik luas pada bagian mulut goanya yaitu dengan diameter sekitar 50 meter dengan sisi vertikal bervariasi antara 60- 80 meter. Pemandangan dari atas goa terlihat cukup menarik karena di sana terlihat seperti hutan bawah tanah karena memang bagian bawah Goa Jomblang ini cukup luas dan mendapat sinar matahari yang cukup sehingga banyak di tumbuhi pepohonan layaknya hutan yang lebat. Dari atas terlihat bebatuan karst yang menarik. Berbeda dengan Goa Jomblang yang memiliki mulut goa lebar, Goa Grubug memiliki mulut goa berbentuk lingkaran yang hanya berdiameter sekitar limgoa jomblang grubug petualangan pica meter dengan berbagai tumbuhan yang mengelilinginya. Konon bagian goa vertikal ini memiliki kedalaman 80 meter. Suasana Goa Grubug ini menjadi agak serem karena menurut cerita goa ini di jadikan sebagai lokasi eksekusi para korban keganasan G 30 S/PKI pada pahun 60an, di tambah lagi dengan suara gemuruh air yang mengalir di bagian bawah goa ini. Konon para korban G 30 S/PKI di suruh berdiri di tepi mulut goa ini untuk kemudian di eksekusi dengan cara di tembak.

Sampai saat ini saya sendiri baru sekedar mengunjungi tempat ini akan tetapi belum pernah masuk untuk melakukan penelusuran goa. Mungkin suatu saat nanti akupun akan berpetualang di goa ini.

Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang
READ MORE ...