Sabtu, 04 Juli 2009

Golput = Antara Hak Vs Kewajiban

Sahabat petualang sekalian, kita semua sudah tau jika Pemilihan Presiden akan dilaksanakn tanggal 8 Juli 2009. Kita tentu sudah mempunyai jagoan masing-masing siapa calon Presiden yang akan kita contreng dalam pilpres nanti. Setiap pasangan juga mempunyai kiat dan strategi tersendiri dalam mengkampanyekan pasangan Capres dan cawapresnya. Nah, masalah klasik yang selalu di khawatirkan oleh para tim sukses masing-masing pasangan tentunya adalah perolehan suara, hingga kekhawatiran akan semakin banyaknya gelombang Golput (katanya sih Golongan Putih). Sindir menyindir lumrah terjadi, seperti main catur, selalu mengatur strategi untuk mencari kesempatan 1 langkah, Skak-Mat.

Oh ya...kenapa saya ikut-ikutan bahas masalah politik ya? padahal blog saya sebenarnya tidak recomended untuk hal-hal berbau politik. Awal pembuatan blog ini hanya untuk mencurahkan kegiatan petulangan saya seperti mendaki gunung, panjat tebing, susur gua, arung jeram, dan petualangan lainnya, sesuai latar saya yang ngakunya Mahasiswa Pecinta Alam. Ah, sudahlah, sekali-sekali juga tidak apa-apa membahas yang beginian. Baiklah, tanpa memperpanjang apalagi memperlebar basa-basi, saya langsung saja deh pada topik yang akan dibahas.

Golput, sebuah kata yang tidak asing lagi di telinga kita semua. Menyikapi masalah Golput, kita tidak bisa memandang hanya dari satu sisi saja (dalam konteks kepentingan politik). Golput atau familiar dengan istilah tidak memilih jika ditinjau dari sisi hak asasi manusia, merupakan hal yang legal dan sah (menurut saya), sejauh hak tersebut digunakan dengan baik. Namun jika ditinjau dari sudut pandang kewajiban kita sebagai warga negara, maka akan timbul sebuah pertanyaan, sudahkah kita menjalankan kewajiban kita sebagai warganegara untuk memilih....???

Nah, jika kita membicarakan masalah hak untuk tidak memilih (karena kita berhak), maka akan timbul sebuah sanggahan, yaitu kita juga mempunyai hak untuk memilih dan dipilih. Banyak sekali anjuran untuk kita menggunakan hak pilih kita ini. Namun, menyikapi hal ini, kita kembalikan lagi kepada diri kita masing-masing, akan kita kemanakan hak kita ini jika kita tidak memilih? apakah kita akan dicap dengan embel-embel Apatis????

Jika kita membicarakan tentang kewajiban, maka tentu saja jawaban dari negara adalah wajib. Sebuah pameo yang dikatakan oleh salah satu mantan presiden AS berbunyi : "Jangan Kau tanyakan apa yang telah Negara berikan untuk-mu, tapi tanyakan apa yang sudah Kau berikan untuk Negara-mu". Sebuah kalimat yang sangat patriotik sekali (menurut saya lho).

Hak dan kewajiban memang seharusnya berbanding lurus (balance). Kita menuntut hak kita sebagai individu, kita juga harus melaksanakan kewajiban kita dalam bermasyarakat. Apakah kita bisa hidup sendiri tanpa ada siapa-siapa di dunia ini? Janganlah kita menuntut hak yang berlebihan, maka sebaiknya kita menjalankan kewajiban ini dengan hati nurani kita.

Kembali lagi tentang Golput, ini kembali lagi kepada diri kita sendiri. Apakah kita mempertahankan idealisme untuk memilih atau tidak. Ataukah kita akan berfikir kembali apa yang akan kita berikan untuk negara ini. Dalam Ulasan ini, saya tidak merekomendasikan (dalam hal kampanye) salah satu pasangan Capres-Cawapres, karena saya bukan tim sukses. Jadi, pilihan ada pada masing-masing kita, siapa yang akan kita pilih. Fikirkanlah....
Namun saya pribadi Berpendapat : "Memilih atau Tidak Memilih adalah Sebuah Pilihan....!!!"

Oh ya, mohon maaf jika tulisan ini kurang menarik untuk dibaca, karena sejujurnya saja saya tidak begitu mengetahui tentang seluk-beluk politik. Saya hanya menyampaikan sedikit pendapat saya, suara petualang....untuk itu saya mohon saran dan kritiknya mengenai tulisan ini melalui komentar sahabat petualang sekalian. Terima Kasih.

"Jika Pohon terakhir sudah ditebang,
Sungai terakhir sudah dicemari,
dan ikan terakhir sudah ditangkap,
Maka manusia akan sadar,
UANG TIDAK DAPAT DIMAKAN...!!!'

Salam Lestari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar