Minggu, 07 Februari 2010

Latihan Bersama Komunitas Panjat Tebing Yogyakarta di Gunung Api Purba, Tebing Nglanggeran

Komunitas Panjat Tebing Yogyakarta atau yang familiar disebut KPTY merupakan wadah yang menyalurkan aktivitas minat khusus panjat tebing yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada hari sabtu-minggu, tanggal 6-7 Februari 2010, KPTY meyelenggarakan kegiatan latihan bersama (latber) di tebing Nglanggeran, di kawasan Ekowisata Gunung Api Purba, Bukit Patuk Gunung Kidul Yogyakarta.

Tebing Nglanggeran merupakan tebing yang terbentuk dari aktivitas Gunung Api Purba ribuan tahun lalu dan membentuk bongkahan-bongkahan tebing eksotis yang menantang untuk digerayangi oleh para pemanjat. Akses menuju lokasi ini sangat mudah. Dari arah Yogyakarta melalui jalan Wonosari menuju bukit Patuk, kemudian tiba diperempatan Pos Polisi Patuk ke arah kiri terus mengikuti jalan aspal sampai melewati deretan tower (menara) pemancar stasiun televisi dan seluler. Sekitar 1km dari deretan tower di sebelah kanan jalan ada pertigaan dengan penunjuk arah (plang) ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran dan terus saja mengikuti jalan aspal hingga tiba di pendopo atau sekretariat Karang Taruna Bukit Putra mandiri.

Kegiatan latihan bersama ini berawal dari arisan (pertemuan) KPTY di sekretariat Madawirna (UNY) yang ingin menyelenggarakan latihan rutin, dan atas rekomendasi dari Silvagama (F.Kehutanan-UGM) dan Majestic-55 (F.Hukum-UGM) untuk menyelenggarakan latihan bersama di tebing alam, dan tebing Nglanggeran menjadi pilihan untuk latihan karena kedua OPA tersebut sudah pernah manjat di tebing tersebut dan membuat jalur.

Persiapan awal yang dilakukan adalah pembentukan kepanitiaan yang akan mengkoordinir kegiatan tersebut, dan saudara Anton Giri Sadewa dari Mapala Madawirna (UNY) terpilih sebagai coordinator panitia. Kendala awal yang dihadapi panitia adalah masalah koordinasi, karena berbenturan dengan kegiatan internal di OPA masing-masing, sehingga agak sedikit menyulitkan persiapan. Namun dengan semangat ingin mensukseskan kegiatan ini, maka terwujudlah kegiatan ini dan diikuti oleh 30 orang peserta dari berbagai OPA di Yogyakarta.

Sebelum kelapangan, terlebih dahulu ada pembekalan materi teknik bolting (pemasangan pengaman bor) oleh panitia. Kegiatan dimulai pada hari sabtu dengan pemberangkatan peserta dari Madwirna menuju lokasi (Desa Nglanggeran) dengan kendaraan bermotor. Kemudian ada sosialisasi dari Karang Taruna Bukit Putra Mandiri yang menjelaskan tentang potensi wisata minat khusus panjat tebing di daerah tersebut.

Kendala dihari pertama adalah hujan gerimis, namun hujan gerimis tak menjadi hambatan untuk melanjutkan kegiatan. Sementara untuk peralatan panjat sendiri sangat mencukupi. Jalur yang akan dibuat adalah jalur sport climbing, karena untuk artificial di tebing ini agak sedikit susah dengan kondisi batuan yang mudah rapuh dibeberapa bagian. Hari pertama jalur belum selesai dibuat dan dilanjutkan keesokan harinya.

Hari kedua pemanjatan, peserta dibagi menjadi 3 kelompok, untuk latihan di 2 jalur sport yang sudah ada sebelumnya, yaitu jalur silvagama dan jalur Nyingnying yang di buat oleh Majestic-55, serta jalur baru yang dibuat saat latgab KPTY. Namun sangat disayangkan, penerapan safety procedure kurang diperhatikan oleh beberapa peserta, terutama penggunaan helm sebagai pelindung kepala. Saat reporter KAONAK meliput kegiatan latgab ini, ada beberapa peserta yang tidak menggunakan helm panjat, dan saat dikonfirmasi kepada peserta yang lain ternyata menggunakan helm saat manjat itu tidak asyik, dan juga karena alasan ini adalah jalur sport, maka tidak menggunakan helm tidak apa-apa, dan bahkan ada yang mengatakan kalau pemanjat luar (luar negeri) saja kalau manjat tidak pakai helm seperti yang ada diposter-poster. Sungguh disayangkan memang, menyepelekan hal yang kecil untuk keselamatan diri sendiri.

Antusias peserta juga sangat mendukung kegiatan ini, hal ini terlihat dari rasa penasaran peserta saat melakukan pemanjatan. Menurut Ade, salah satu peseta dari Plantagama (F.Pertanian-UGM), kegiatan ini memberikan pengalaman tersendiri karena ini tebing baru yang dieksplore dan juga bisa sharing ilmu mengenai pemanjatan tingkat tinggi, terutama teknik bolting. “Penerapan safety procedure masih kurang, karena masih ada yang tidak menggunakan helm, padahal karakter tebing ini batuannya mudah lapuk”, tambah ade ketika diwawancarai mengenai faktor keselamatan dalam pemanjatan.

Dari kegiatan ini, diharapkan penggiat panjat tebing Yogyakarta dapat beraktivitas bersama dalam pemanjatan. “Ini merupakan awal kebangkitan KPTY, dan kedepannya dapat latihan rutin di tebing alam dan tidak melulu kita latihan di tebing buatan (wall climbing)”, tambah Anton, ketua panitia kegiatan.

Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba ini sendiri sudah dikembangkan sejak tahun 1999, namun pada tahun 2001 sampai tahun 2007, pengelolaannya vakum, dan bangkit kembali pada tahun 2008. Menurut Lilik, salah satu anggota Karang Taruna Bukit Putra Mandiri, kawasan ekowisata ini berpotensi untuk untuk dikembangkan. Ketika dikonfirmasi mengenai kegiatan latber KPTY ini, Karang Taruna setempat sangat mendukung kegiatan ini. “Harapannya dengan kegiatan ini bisa menjadikan Tebing Nglanggeran menjadi salah satu tujuan obyek wisata minat khusus panjat tebing dan bisa dikelola lebih baik lagi” kata lilik menjelaskan kepada wartawan KAONAK disela-sela aktivitas beliau menjaga parkir motor didepan sekretariat karang taruna. “Kendala kita adalah kita tidak mempunyai peralatan sendiri, tapi daerah kita punya potensi untuk aktivitas panjat tebing”, tambah lilik. Aktivitas panjat tebing di Tebing Nglanggeran sendiri baru berjalan 1 tahun terakhir ini, dan semoga dapat ramai dikunjungi oleh penggiat olahraga panjat tebing dari penjuru negeri.



Report & Photo by : Thole_378/GPA

(Yohanes Kurnia Irawan)



Untuk Buletin KAONAK Edisi 55-Februari 2010

Media Informasi Independent GAPADRI MAPALA STTNAS YOGYAKARTA



READ MORE ...