Gunung Sindoro, Jawa Tengah memiliki tinggi 3.153 m dpl, merupakan kembaran gunung Sumbing. Secara administrativ Gn. Sindoro terletak di antara Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo, yang secara geografis terletak antara 8.8 LS dan 111.05 BT. Dari bentuknya, Gn. Sindoro termasuk dalam jenis stratovolcano. Pendakian di Gunung Sindoro dapat dilakukan melalui beberapa jalur, yaitu jalur Kledung dan Sikatok. Pada pendakian ini, aku bersama rekan-rekan ku (octa, dhany dan dancil) merencanakan pendakian melalui jalur Kledung, jalur yang biasa digunakan oleh para pendaki.
Rencana awal pendakian kami adalah tanggal 18-20 Juli, namun karena stock air yang menipis makan kami putuskan turun pada tanggal 19 Juli. Pendakaian diawali berangkat dari terminal Giwangan Jogja sekitar pukul 11.30 WIB menggunakan bus jurusan magelang-semarang (tarif @Rp.8000). Tiba di terminal Tidar Magelang sekitar pukul 13.00, kami turun dan ganti bus jurusan wonosobo menuju desa Kledung (tarif @Rp 10.000). Tiba didesa Kledung pukul 14.45, kami langsung menuju ke BaseCamp GRASINDO yang berjarak sekitar 100m dari jalan raya. Kami melakukan registrasi untuk pendakian dan membayar retribusi (@Rp.2000), kemudian mengisi air (2 jerigen 5L, 4 Botol 1,5) dan makan di basecamp (porsi nasi telur+teh hangat @Rp.4000).
Pendakian kami mulai pukul 16.10 dari Basecamp, melewati kebun tembakau penduduk. Dalam perjalanan menuju Pos I kami melewati Watu Gede, yaitu batu besar yang berada di kebun Tembakau penduduk yang di percaya sebagai pintu gerbang Gunung Sindoro. Udara dingin menyelimuti sepanjang perjalanan kami. Tiba di Pos I sekitar pukul 17.53, kami istirahat sejenak sambil menunggu waktu Maghrib usai. Sekitar pukul 18.10 kami melanjutkan perjalanan menuju Pos II. Hari mulai gelap ketika kami melanjutkan perjalanan. Dalam perjalan kami melewati simpang buntu, jika mengambil jalan lurus merupakan jalan buntu, kami mengambil jalan kekanan, kemudian menuruni lembah melewati sungai kering dan mendaki sedikit kami tiba di Pos II sekitar pukul 19.15. Kami istirahat sejenak sambil memasak air membuat minuman hangat. Perjalanan menuju Pos III kami lanjutkan sekitar pukul 19.35. Beruntung bagi kami karena sepanjang perjalanan kami disinari cahaya dari bulan purnama penuh pada malam itu, sehingga nampak samar gunung Sumbing di seberang sana, pemandangan yang menakjubkan.
Pukul 20.30 kami memutuskan untuk istirahat dan mendirikan tenda diantara Pos II dan Pos III (pos bayangan, kemudian masak untuk makan malam dan membuat minuman hangat. Suasana sepi, hening, disinari cahaya rembulan menambah indah suasana malam itu. Bintang-bintang bercahaya berkedipan menemani sang rembulan. Lampu warna-warni Temanggung menemani indahnya malam. Sambil bercerita dan mengebulkan asap rokok yang menambah akrab suasana. Kami tidur sekitar pukul 23.30, kemudian terbangun pada pukul 04.10 (waktu di HP ku ). Dari jauh sayup-sayup terdengan suara Adzan Subuh dari masjid di desa. Sambil masak air, aku mempersiapkan peralatan Photography menanti sunrise tiba. Namun sayang perlangkapan yang aku bawa tidak lengkap, aku tidak membawa Tripod (memang belum punya), namun aku gak kehabisan akal. Kupakai ceril (ransel) sebagai penyangga camera. Kini Canon EOS 350D dengan Lensa Kit (EF-S 18-55mm 1:3.5-5.6 II) siap untuk merekam sunrise. Pagi itu aku cukup puas mendapatkan beberapa foto sunrise yang muncul di balik Gunung Ungaran. Nampak di kejauhan juga terliahat gunung Merapi dan Merbabu, serta gunung Sumbing yang menjulang tinnggi. Selamat Pagi Indonesia……..
Pukul 06.00 kami masak untuk sarapan setelah itu dilanjutkan dengan membonkar tenda dan packing ulang untuk melanjutkanperjalaan menuju Puncak. Pukul 07.10 kami mulai melanjutkan perjalanan menuju puncak. Pukul 07.55 kami tiba di Camping Ground Pos III. Perjalanan kami lanjutkan melalui hutan pinus dengan medan berpasir yang mengahruskan kami untuk ekstra hati-hati dalam perjalanan. Keluar dari hutan pinus medan yang kami hadapai semakin terjal menuju punggungan yang kami kira sebelumnya adalah puncak. Pukul 09.55 kami tiba di watu tatah selanjutnya melalui padang sabana. Karen beban yang dibawa cukup berat, kami memutuskan meninggalkan barang-barang kami di sabana dan membawa logistic dalam satu ceril untuk bekal ke puncak. Perjalanan pun kami lanjutkan menuju puncak melalui padang Edelweis, dan tepat pukul 12.15 kami tiba di puncak. Lelah dalam perjanan mendaki serasa hilang begitu mencapai puncak. Sambil bersujud kepada yang Maha Kuasa, kami berdoa bersama dalam hati. di Puncak Sindoro Kamera D-SLR ku kembali beraksi merekam moment-moment bersejarah (untuk anak cucu-ku kelak). Pemandangan dari puncak sungguh menakjubkan. Gunung Sumbing berselimutkan awan putih terlihat puncaknya saja kala itu. Kawah mati Sindoro juga tak luput dari rekaman kamera ku. Pukul 12.30 kami masak untuk makan siang dan selanjutnya bersiap-siap untuk turun. Tepat pukul 14.00 kami turun melalui jalur yag kami lewati waktu mendaki.
Dalam perjalanan turun, tak lupa kami singgah untuk mengambil barani-barang yang kami tinggalkan tadi. Dalam perjalanan turun kami bertemu dengan bebrapa rombongan pendaki lain yang akan menuju puncak, yaitu rombongan dari Vetpagama UGM dan Penggiat Alam Bebas dari Bekasi. Pukul 16.00 kami tiba di pos III untuk istirahat sejenak. Selanjutnya menuju Pos II dan Pos I. tiba di kebun Tembakau sekitar pukul 18.10, kabut tebal menyelimuti daerah disitu, jarak pandang maksimal hanya sekitar 3 meter walaupun sudah menggunakjan senter. Kurang lebih 1 jam langkah gontai kami melewati kebun the akhirnya kami tiba di basecamp Grasindo pukul 19.20. rasa lelah dan lapar hilang setelah kami makan malam di basecamp. Selanjutnya kami pamit dan melanjutkan perjalanan pulang menuju Jogja.
“Take Nothing but Picture, Kill Nothing But Time, Leave Noting But Foot Print”
Pendakian kami mulai pukul 16.10 dari Basecamp, melewati kebun tembakau penduduk. Dalam perjalanan menuju Pos I kami melewati Watu Gede, yaitu batu besar yang berada di kebun Tembakau penduduk yang di percaya sebagai pintu gerbang Gunung Sindoro. Udara dingin menyelimuti sepanjang perjalanan kami. Tiba di Pos I sekitar pukul 17.53, kami istirahat sejenak sambil menunggu waktu Maghrib usai. Sekitar pukul 18.10 kami melanjutkan perjalanan menuju Pos II. Hari mulai gelap ketika kami melanjutkan perjalanan. Dalam perjalan kami melewati simpang buntu, jika mengambil jalan lurus merupakan jalan buntu, kami mengambil jalan kekanan, kemudian menuruni lembah melewati sungai kering dan mendaki sedikit kami tiba di Pos II sekitar pukul 19.15. Kami istirahat sejenak sambil memasak air membuat minuman hangat. Perjalanan menuju Pos III kami lanjutkan sekitar pukul 19.35. Beruntung bagi kami karena sepanjang perjalanan kami disinari cahaya dari bulan purnama penuh pada malam itu, sehingga nampak samar gunung Sumbing di seberang sana, pemandangan yang menakjubkan.
Pukul 20.30 kami memutuskan untuk istirahat dan mendirikan tenda diantara Pos II dan Pos III (pos bayangan, kemudian masak untuk makan malam dan membuat minuman hangat. Suasana sepi, hening, disinari cahaya rembulan menambah indah suasana malam itu. Bintang-bintang bercahaya berkedipan menemani sang rembulan. Lampu warna-warni Temanggung menemani indahnya malam. Sambil bercerita dan mengebulkan asap rokok yang menambah akrab suasana. Kami tidur sekitar pukul 23.30, kemudian terbangun pada pukul 04.10 (waktu di HP ku ). Dari jauh sayup-sayup terdengan suara Adzan Subuh dari masjid di desa. Sambil masak air, aku mempersiapkan peralatan Photography menanti sunrise tiba. Namun sayang perlangkapan yang aku bawa tidak lengkap, aku tidak membawa Tripod (memang belum punya), namun aku gak kehabisan akal. Kupakai ceril (ransel) sebagai penyangga camera. Kini Canon EOS 350D dengan Lensa Kit (EF-S 18-55mm 1:3.5-5.6 II) siap untuk merekam sunrise. Pagi itu aku cukup puas mendapatkan beberapa foto sunrise yang muncul di balik Gunung Ungaran. Nampak di kejauhan juga terliahat gunung Merapi dan Merbabu, serta gunung Sumbing yang menjulang tinnggi. Selamat Pagi Indonesia……..
Pukul 06.00 kami masak untuk sarapan setelah itu dilanjutkan dengan membonkar tenda dan packing ulang untuk melanjutkanperjalaan menuju Puncak. Pukul 07.10 kami mulai melanjutkan perjalanan menuju puncak. Pukul 07.55 kami tiba di Camping Ground Pos III. Perjalanan kami lanjutkan melalui hutan pinus dengan medan berpasir yang mengahruskan kami untuk ekstra hati-hati dalam perjalanan. Keluar dari hutan pinus medan yang kami hadapai semakin terjal menuju punggungan yang kami kira sebelumnya adalah puncak. Pukul 09.55 kami tiba di watu tatah selanjutnya melalui padang sabana. Karen beban yang dibawa cukup berat, kami memutuskan meninggalkan barang-barang kami di sabana dan membawa logistic dalam satu ceril untuk bekal ke puncak. Perjalanan pun kami lanjutkan menuju puncak melalui padang Edelweis, dan tepat pukul 12.15 kami tiba di puncak. Lelah dalam perjanan mendaki serasa hilang begitu mencapai puncak. Sambil bersujud kepada yang Maha Kuasa, kami berdoa bersama dalam hati. di Puncak Sindoro Kamera D-SLR ku kembali beraksi merekam moment-moment bersejarah (untuk anak cucu-ku kelak). Pemandangan dari puncak sungguh menakjubkan. Gunung Sumbing berselimutkan awan putih terlihat puncaknya saja kala itu. Kawah mati Sindoro juga tak luput dari rekaman kamera ku. Pukul 12.30 kami masak untuk makan siang dan selanjutnya bersiap-siap untuk turun. Tepat pukul 14.00 kami turun melalui jalur yag kami lewati waktu mendaki.
Dalam perjalanan turun, tak lupa kami singgah untuk mengambil barani-barang yang kami tinggalkan tadi. Dalam perjalanan turun kami bertemu dengan bebrapa rombongan pendaki lain yang akan menuju puncak, yaitu rombongan dari Vetpagama UGM dan Penggiat Alam Bebas dari Bekasi. Pukul 16.00 kami tiba di pos III untuk istirahat sejenak. Selanjutnya menuju Pos II dan Pos I. tiba di kebun Tembakau sekitar pukul 18.10, kabut tebal menyelimuti daerah disitu, jarak pandang maksimal hanya sekitar 3 meter walaupun sudah menggunakjan senter. Kurang lebih 1 jam langkah gontai kami melewati kebun the akhirnya kami tiba di basecamp Grasindo pukul 19.20. rasa lelah dan lapar hilang setelah kami makan malam di basecamp. Selanjutnya kami pamit dan melanjutkan perjalanan pulang menuju Jogja.
“Take Nothing but Picture, Kill Nothing But Time, Leave Noting But Foot Print”
(dari catatan pendakian Yohanes Kurnia Irawan)
the team : yoyon, octa, dani, dancil
18-19 Juli 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar