Mahasiswa tidak terlepas dari paradigma umun yang telah terdoktrin dan melekat erat dimasyarakat sebagai kaum intelektual muda. Dan hal itupun tak luput dari perhatian media, baik cetak maupun elektronik dalam mempublikasikan aktivitas mahasiswa. Dan dalam catatan sejarah di Indonesia, beberapa presiden juga lengser karena perjuangan mahasiswa.
Namun, terlepas dari aktivitas tersebut, mahasiswa, khususnya mahasiswa yang merantau, datang jauh-jauh dari tempat asalnya untuk menimba ilmu harus dihadapkan pada suatu persoalan yang terkadang membingungkan, terutama masalah penentuan masa depan kemana akan menggunakan ijazah yang diperoleh. Dari beberapa cerita yang sering saya dengar dan jawaban dari pertanyaan yang saya ajukan, hampir semuanya menjawab ;” wah masih bingung mau kemana, pulang kampung gak ada yang bisa dikerjakan sesuai dengan disiplin ilmu, mau gak mau ya harus tetap merantau untuk bisa survive”, nah dari gambaran jawaban itu saya mulai berfikir, apa yang terjadi di daerah mereka sehingga mereka bingung dan akhirnya enggan untuk pulang kampung..??? sempat juga terbesit dibenak saya, apakah hal ini juga terjadi dengan saya…??? Malahan ada juga mahasiswa yang “sengaja” memperlambat wisuda mereka dengan “pembelaan diri” maklum jurusan teknik…, ada juga yang benar-benar serius dengan kuliahnya.
Dilematika seperti ini seakan-akan sudah bukan menjadi rahasia lagi saat ini. Dengan kenyataan yang ada, bahwa didaerah masing-masing lapangan kerja yang ada sangat minim, dan dengan perhitungan jika selesai kuliah pekerjaan tersebut sudah diisi oleh orang lain. Pesismis kah…??? Menurut saya hal ini wajar-wajar saja jika berfikiran seperti itu, karena saya yakin setiap dari kita juga memikirkannya, dengan pengecualian akses/relasi. Ungkapan maupun plesetan akan dunia kerja sudah tidak asing lagi di telinga kita, seperti profesi ‘pengacara’ (pengangguran banyak acara) atau yang lebih ekstrim lagi ‘pedagang’ (pengangguran dalam gang) atau mungkin ada plesetan yang lain lagi, yang tentunya membuat kita sejenak untuk tersenyum, dan kemudian secara tidak langsung berfikiran; ’lho ijazahnya gak dipakai ya….(bagi yang punya ijazah)
Keinginan untuk tetap merantau semakin kuat dengan datangnya tawaran dari luar, potensi yang ada di daerah lain yang tidak dimiliki oleh daerah sendiri. Apakah misi dari pemberdayaan putra daerah dalam pembangunan dan perkembangan daerah akan tetap terlaksana..,.??? kita pasti akan sangat sulit menjawabnya. Namun, jika dibarengi dengan keyakinan dan niat yang kuat serta tekad yang bulat hal itu tentunya pasti bisa terwujud, seiring waktu yang akan menentukan kedepannya. Ada juga yang berfikiran akan membuat suatu lapangan perkejaan yang tentunya dibarengi modal. Namun ada juga yang jeli dengan peluang yang ada, sehingga keasyikan dan melupakan kuliah.
Menyikapi hal ini, tentunya pemerintah sudah mempunyai solusi demi solusi untuk mengatasinya, namun solusi yang dibeberkan kebanyakan hanya sebatas wacana tanpa realisasi yang nyata. Menyikapi hal ini, apakah mahasiswa sebagai kaum intelek juga tinggal diam..??? tentu tidak….!!! Berpangku tangan dan menunggu bukanlah suatu jiwa yang membangun. Sikap mentalitas dari dalam diri sendiri yang mampu untuk tetap survive menghadapi kondisi kritis sekalipun sangat diperlukan, sehingga tidak terkesan manja atau instant.
Kembali saya berfikir, apakah kelak jika saya telah menyelesaikan kuliah akan kembali ke daerah…??? Pikiran saya ini juga tidak terlepas dari potensi dan peluang yang ada di daerah saya, apakah saya bisa mengaplikasikan ilmu yang saya peroleh untuk kemajuan daerah ataukah saya harus memajukan daerah lain yang tentunya dengan potensi dan peluang yang lebih terjamin, terutama untuk kelangsungan masa depan. Jika sudah dihadapkan dengan situasi seperti ini, rasa bimbang, ragu, dan pesimis secara tidak langsung akan mempengaruhi psikologis yang tentunya kembali lagi kepada masing-masing individu untuk menyikapinya. Idealisme dan prinsip yang dipegang terkadang tak banyak mambantu dalam proses, malahan biasanya menghambat, atau yang lebih ekstrim lagi munafik. Saat ini saya hanya berfikir apa yang akan saya lakukan untuk daerah saya..?? lari dari kenyataan kah, atau berjuang untuk memajukan pembangunan daerah…?? Hanya saya sendiri tentunya yang tau akan jawaban dari pertanyaan kemana saya akan melangkahkan kaki menapaki masa depan. Setiap individu juga pasti memiliki pemikiran yang berbeda untuk dirinya sendiri, karena “kamu adalah apa yang kamu fikirkan…”
Semoga Bermanfaat,
Yohanes Kurnia Irawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar