Jumat, 29 Mei 2009

Wapalhi Tradisi Merapi 2009

Mendaki gunung memang kegiatan yang mengasyikan dan penuh tantangan. Selain kita dapat menikmati pemandangan yang indah, kita juga harus berjuang keras untuk dapat mencapai puncak. Melewati jalan setapak, jalur berliku, berbatu, berdebu, mulai dari jalan yang mudah dilewati hingga yang memerlukan keahlian khusus. Itulah seni mendaki gunung. Berikut adalah liputan reporter KAONAK saat meliput kegiatan pendakian masal yang digagas oleh Mahasiswa Pecinta Lingkungan Hidup (WAPALHI) Polines Semarang saat melaksanakan pendakian massal ke Gunung Merapi (2.962 mdpl) tanggal 2-3 Mei 2009, serta melaksanakan ritual khusus di Merapi.

Hari Sabtu sore yang cerah, tanggal 2 Mei 2009 sekitar pukul 15.30 saya sudah sampai di basecamp Bara Meru, basecamp yang biasa digunakan oleh para pendaki melalui jalur Selo, Boyolali. Ternyata rekan-rekan WAPALHI tidak menggunakan basecamp ini, melainkan basecamp bawah dengan menggunakan rumah penduduk dan mendirikan tenda untuk menampung para peserta untuk kegiatan malam harinya. Sekitar pukul 19.00 para peserta beserta tim dari WAPALHI sudah berkumpul, kemudian makan malam bersama, dan dilanjutkan dengan nonton bersama film petualangan. Suasana keakraban menyelimuti malam itu, hingga akhirnya mereka semua diminta untuk tidur dan beristirahat di basecamp yang disediakan.

Menurut ketua paitia, Prabowo “klowor”, peserta pendakian pada kegiatan kali ini berjumlah sekitar 200 orang dari berbagai kalangan, yang mayoritas berasal dari Semarang dan berangkat dengan menggunakan kendaraan truck. Pendakian rencananya akan dilakukan mulai pukul 02.00 pagi. Namun saya berinisiatif untuk terlebih dahulu naik pada malam itu dan menunggu peserta pendakian diatas sebelum pasar bubrah.
Keesokan harinya, minggu pagi peserta pendakian sudah kelihatan ada yang mencapai pasar bubrah. Mereka dibagi dalam beberapa tim untuk mempermudah pengawasan. Tiba di pasar bubrah, peserta beristirahat sejenak, sebelum melanjutkan pendakian melewati jalan terjal bebatua menuju puncak Merapi.

Rekan-rekan dari WAPALHI hanya beberapa orang saja yang mengawasi para peserta di puncak, Karena mereka harus melakukan ritual rutin di lokasi pasar bubrah, yaitu pelantikan Kepala Suku Wapalhi periode 2009-2010. Ada beberapa kandidat Kepala Suku yang akan dilantik, namun tentunya hanya satu orang yang akan menjadi kepala suku. Kandidatnya antara lain Ardian Muhammad “lembu, Irfan Jasa Putra “Kluak”, Yoga Sutop[o “Benyek”, Muhammad Anwar Kaspul” dan Sukma Ardianto “siMbah”. Dan pada saat yang ditunggu-tunggu, akhirnya saudara Adrian Muhammad “Lembu” dilantik menjadi Kepala Suku WAPALHI Periode 2009-2010.

“Sebuah langkah awal yang berat menuju puncak kesuksesan, tapi tetap semangat”, ungkap Lembu ketika saya wawancarai. “dukungan dari teman-teman WAPALHI sangat dibutuhkan untuk kemajuan WAPALHI secara khusus dan kita semua secara umum”, tambah Lembu.
Antusis peserta juga mengagumkan, karena saat ini jarang sekali ada yang mengadakan kegiatan pendakian pendakian massal. “Saya kagum, senang banget, dan saya juga salut sama WAPALHI yang setiap tahun bisa menyelenggarakan tradisi ini setiap tahunnya”, ujar Muhammad Ali Akso, salah seorang peserta pendakian missal ini yang notabene adalah ketua Forum Pecinta Alam Semarang (semacam Sekber kalo di Jogja). “dari pendakian missal ini diharapkan kita bisa berkumpul lagi dalm forum pecinta alam dan melakukan kegiatan bersama”, tambah Ali Akso yang juga anggota Matepala ATS Semarang ini.

Peserta pendakian mulai turun sekitar pukul 12.00 menuju basecamp, hingga peserta terakhir yang melewati flying camp saya sekitar pukul 15.00, diikuti oleh sweeper. Selain melakukan pendakian dan ritual di Gunung Merapi, ternyata ada agenda lain dari rekan-rekan WAPALHI yaitu bakti social di desa Selo, yaitu berupa penyerahan tong sampah, alat-alat kebersihan, sapu serta bibit sebanyak 200 batang.
Wah, ternyata mendaki gunung tidak hanya sekedar mendaki saja ya, kita juga harus peduli pada warga sekitar jalur pendakian. Contoh kecil yang dapat kita lakukan adalah tidak mencorat-coret tembok, pohon atau batu. Seain itu kita juga sebaiknya membuang sampah pada tempatnya, untuk menjaga keindahan dan kelestarian lingkungan kita.

Selamat buat Kepala Suku WAPALHI yang baru, semoga membawa harapan baru dan perubahan baru untuk kemajuan WAPALHI. Salam Lestari…..

PECINTA ALAM BERSATU TAK BISA DIKALAHKAN

Report by : Yohanes Kurnia Irawan
Untuk KAONAK edisi-54
Media Informasi Independen
GAPADRI MAPALA STTNAS YOGYAKARTA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar